Rabu, 14 Mei 2014

Laporan Fisiologi Hewan : Behavior


I.                     PENDAHULUAN



A.      Latar Belakang


Semua makhluk hidup, termasuk hewan memiliki ciri-ciri makhluk hidup salah satunya yaitu iritabilitas/menanggapi rangsang. Dengan adanya kepekaan hewan terhadap rangsangan baik yang datangnya dari dalam maupun luar, maka hewan tersebut akan memberikan prilaku/respon yang berbeda-beda sesuai dengan rangsangan yang diberikan. Semua organisme memiliki perilaku. Perilaku merupakan bentuk respons terhadap kondisi internal dan eksternalnya. Suatu respons dikatakan perilaku bila respons tersebut telah berpola, yakni memberikan respons tertentu yang sama terhadap stimulus tertentu. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus. Dalam mengamati perilaku, kita cenderung untuk menempatkan diri pada organisme yang kita amati, yakni dengan menganggap bahwa organisme tadi melihat dan merasakan seperti kita. 

Hewan dapat menunjukkan suatu respon positif maupun negative dari sebuah stimulus. Kemampuan ini disebut behavior. Behavior atau perilaku hewan adalah suatu respon dari organism terhadap stimulus yang datang dari dalam ataupun dari luar. Respon ini ada dua macam yaitu innate dan innate .innate muncul secara spontan dan konsisten terhadap suatu rangsangan, sedangkan leraned response adalah respon yang berubah dengan adanya pengalaman dari organism tersebut. Seperti halnya hewan lainnya, lalat buah ( Drosophilla melanogaster ) juga dapat melakukan suatu behavior. Perilaku yang ditunjukkan merupakan perilaku orientasi yang jenisnya dapat berupa fototaksis, geotaksis dan kemotaksis. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang behavior , maka perlu dilakukan praktikum ini.

B.       Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dilakukannya praktikum adalah untuk mengamati :
1.      Respon serangga terhadap cahaya (fototaksis)
2.      Respon serangga terhadap gravitasi (geotaksis)
3.      Respon serangga terhadap zat kimia (kemotaksis)



II.      TINJAUAN PUSTAKA



Perilaku adalah aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus. Dalam mengamati perilaku, kita cenderung untuk menempatkan diri pada organisme yang kita amati, yakni dengan menganggap bahwa organisme tadi melihat dan merasakan seperti kita. Ini adalah antropomorfisme (Y: anthropos = manusia), yaitu interpretasi perilaku organisme lain seperti perilaku manusia. Semakin kita merasa mengenal suatu organisme, semakin kita menafsirkan perilaku tersebut secara antropomorfik (Isnaeni, 2006).

Perilaku atau behavior adalah suatu respon atau tanggap terhadap sinyal yang berasal dari lingkungan atau sinyal yang berasal dari organisme lainnya. Umumnya prilaku yang muncul oleh suatu organisme memiliki tujuan yaitu untuk mencari makanan dan minum, mendapat dan menjaga daerah teroterial, untuk melindungi diri dan untuk bereproduksi demi kelangsungan hidup mereka. Dari tujuan tersebut maka umumnya tingkah laku atau behavior merupakan suatu kegiatan yang melibatkan semua system dalam tubuh tapi hanya dipengaruhi oleh system syaraf dan endokrin sebagai pusat koordinasi. Adakalanya perilaku hewan berkaitan dengan adaptasi. Namun adaptasi ini merupakan suatu bentuk usaha untuk menyeimbangkan berbagai proses metabolisme dan perilaku dengan perubahan secara siklik yang terjadi di sekelilingnya atau lingkungannya (Widiastuti, 2002).

Pengkajian prilaku merupakan cabang biologi yang relative baru, dan cenderung lebih deskriptif serta tidak begitu meyakinkan secara analitis daripada cabang-cabang lain. Salah satu bahaya menganalisis pola-pola aktivitas hewan lain adalah kecenderungan sang peneliti untuk menyamakan aksi-aksi yang mirip dengan motif, keinginan, dan tujuan manusia. Hal ini terutama krusial dalam hal tujuan, di mana kita sama sekali tak punya kemampuan untuk menentukan apa yang sebenarnya diinginkan hewan ketika menjalani serangkaian aktivitas. Intensitas dari dalam yang mendorong hewan untuk melakukan sesuatu , apapun sifatnya, disebut dorongan (drive). Etologi, pengkajian perbandingan prilaku dari prespektif evolusioner, sering kali berurusan dengan dorongan-dorongan yang berkaitan dengan kegiatan makan, seks, perawatan anak, dan lain sebagainya. Dorongan-dorongan itu tampaknya merupakan motivasi yang muncul akibat gangguan kesetimbangan internal seekor hewan. Dorongan- dorongan itu dimodifikasi oleh berbagai factor, baik factor internal maupun factor yang ada di lingkungan. Dorongan sering kali disebut insting. (Fried, 2005).

Dua macam respon tingkah laku adalah innate (serentak) dan learned (dipelajari), innate respon muncul seketika spontan dan konsisten terhadap suatu rangsang. Sedangkan learned respon adalah respon yang muncul tetapi berubah denga adanya pengalaman dari organisme tersebut sehingga respon yang muncul akan lebih tepat dan sesuai dengan rangsangan yang sama diberikan berkali-kali. Orientasi adalah prilaku hewan dimana hewan tersebut akan memutar tubuhnya menjauhi atau mendekati diri / ke arah sumber rangsangan. Perilaku ini sangan mendasar pada setiap hewan untuk mencari makan, minum, sinar matahari lawan jenis, interaksi, interaksi dengan anggota kelompoknya. Kinesis merupakan salah satu tingkah laku orientasi yang sederhana dimana organisme- organisme akan merespon secara tidak langsung terhadap rangsangan. Taksis juga merupakan tingkah laku orientasi untuk hewan-hewan yang dapat menentukan jarak dengan sumber rangsang. Respon yang banyak dilakukan antara lain fototaksis yaitu pengaruh rangsang cahaya terhadap suatu organisme, termotaksis yaitu pengaruh suhu terhadap organisme, geotaksis biasanya diamati dengan menjauhi atau mendekati bumi dan kemotaksis pengaruh zat kimia terhadap organisme, (Nukmal, Nismah, 2012: 22).

Pembawaan tubuh kea rah atau jauh dari sesuatu rangsangan dinamakan taksis pada hewan. Hewan menunjukkan beberapa jenis taksis yang berbeda; fototaksis adalah gerakkan terhadap cahaya, dan kemotaksis merupakan gerakkan terhadap kimia. Sebagian serangga, misalnya kupu-kupu dan lalat, menunjukkan fototaksis; serangga tersebut akan terbang terus kearah cahaya. Selalu serangga tersebut membawa dirinya dengan mengarahkan tubuhnya hingga cahaya mengenai ke dua matanya. Jika satu matanya buta, hewan akan bergerak dalam bentuk berputar-putar, selalu coba mencari arah yang memungkinkan cahaya diimbangkan di antara ke dua mata. Kemotaksis agak lazim di kalangan hewan.Serangga tertarik pada zat kimia yang disebut feromon, yang dikeluarkan oleh anggota spesiesnya pada jumlah yang sangat sedikit.Sejumlah semut akan mengikuti kesan feromon itu dan akan berputar-putar sampai mati kelelahan.Vertebrata kadangkala sangat bereaksi terhadap zat kimia. Anjing pemburu dapat melacak seseorang dengan mencium bau bajunya (Mader, Silvia S,1995).

Suatu mitos yang masih diabadikan secara luas oleh media populer adalah bahwa perilaku disebabkan oleh pengaruh gen (nature/alam) atau oleh pengaruh lingkungan (nature/pemeliharaan). Tetapi, dalam biologi, perdebatan mengenai nature bukanlah mengenai memilih salah satu; nature atau nurture adalah mengenai derajat sejauh mana gen dan lingkungan mempengaruhi sifat fenotifik, yang meliputi sifat perilaku. Fenotif tergantung pada gen dan lingkungan; sifat atau ciri perilaku memiliki komponen genetik dan lingkungan, seperti halnya semua sifat anatomis dan fisiologis seekor hewan. Seperti ciri fenotifik lainnya, perilaku memperlihatkan suatu kisaran variasi fenotifik (suatu ’norma reaksi’) yang bergantung pada lingkungan, di mana genotip itu diekspresikan. Perilaku dapat diubah dilingkungan. Pada sisi lainnya, bentuk penyelesaian masalah yang paling berkembang ditandai oleh morma reaksi yang sangat luas. Namun demikian, perilaku juga memiliki suatu komponen genetik---perilaku bergantung pada gen-gen yang ekspresinya menghasilkan sistim neuron yang tanggap terhadap kemajuan pembelajaran. Sebagian ciri perilaku adalah filogenetik, dengan norma reaksi yang luas, ( Campbell, 2004: 100)




III.    METODE PERCOBAAN



A.      Waktu dan Tempat


Praktikum dilakukan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada tanggal 30 April 2014 pukul 08.00 WIB.



B.       Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah lalat buah (Drosophila melanogaster), tape singkong, kertas karbon, lampu senter, selotipe.


C.       Prosedur Kerja


Adapun yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Percobaan Fototaksis
1. Memasukkan 15 lalat buah kedalam tabung plastik/kaca bersih ,dan gabungkan tabung kedua dengan menggunakan selotip.
2. Menutup salah satu bagian tabung dengan kertas karbon hitam dan biarkan salah satu ujungnya terbuka. Letakkan tabung tersebut secara horizontal.
3. Menyinari salah satu ujung yang terbuka tersebut dengan lampu (senter), selama 5 menit. Kemudian hitung jumlah lalat buah pada tiap tabung.
4. Mengetuk-ketuk tabung tersebut sehingga lalat buah tercampur lagi., dan tunggu selama 5 menit lagi. Setelah itu dihitung dan diamati lagi.

2. Percobaan Geotaksis
1. Menggunakan tabung-tabung yang sama, mengambil 15 lalat  buah yang baru dan memasukkan kedalam tabung. Membiarkan lalat-lalat tersebut melekat pada tabung kemudian tutup dengan kertas karbon hitam.
2. Memegang tabung-tabung tersebut pada posisi vertikal selama 5 menit. Menghitung jumlah lalat buah pada setiap tabung.
3. Mengetuk - ketuk tabung tersebut sehingga lalat buah terkumpul kembali di tengah - tengah. Mengulangi percobaan seperti awal,dengan membalikkan tabung secara vertikal, yang tadinya di bawah menjadi di atas,  kemudian tunggu selama 5 menit dan menghitungnya kembali

3. Percobaan Kemotaksis
1. Menyiapkan 2 buah tabung dengan salah satu tabung berisi tape dan memasukan 15 lalat buah.
2. Menggabungkan kedua tabung tersebut dengan selotip. Kemudian letakkan tabung tersebut dengan posisi vertikal.
3. Mengamati selama 5menit kemudian. Mencatat berapa banyak lalat buah pada tiap tabung. Mengulangi percobaan diatas dengan 3  kali pengulangan.





IV.             HASIL PENGAMATAN



A.      Hasil Pengamatan


Adapun hasil percobaan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

Perlakuan
5 menit pertama
5 Menit kedua
5 menit ketiga
Respon
Respon
Respon

+
-
+
-
+
-
Fototaksis
8
7
9
6
7
8
Geotaksis
5
15
6
12
9
9
Kemotaksis
12
8
15
5
18
2




B.   Pembahasan




Praktikum kali ini yaitu berjudul perilaku hewan/behavior. Behavior atau perilaku hewan adalah suatu respon dari organism terhadap stimulus (rangsangan) yang datang dari ataupun luar dengan respon tingkah laku berupa innate dan learned. Tujuan dari praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui bagaimana respon tingkah laku pada lalat buah/ Drosophila melanogaster terhadap rangsangan yang diberikan berupa rangsangan fototaksis, geotaksis,maupun kemotaksis.

Percobaan pertama yaitu tentang uji fototaksis, menggunakan sumber rangsangan pemicu berupa sinar lampu senter. Perlakuan ini dilakukan selama 5 menit dengan 3 kali pengulangan. Jumlah total keseluruhan sampel lalat buah sebanyak 15 ekor. Setelah 5 menit pertama,  8 ekor lalat buah berada di tabung yang disinari lampu senter, sedangkan 7 ekor lalat buah berada di tabung yang tertutup kertas karbon. Setelah 5 menit kedua,  9 ekor lalat buah berada di tabung yang disinari lampu senter, sedangkan 6 ekor lalat buah berada di tabung yang tertutup kertas karbon. Setelah 5 menit ketiga,  7 ekor lalat buah berada di tabung yang disinari lampu senter, sedangkan 8 ekor lalat buah berada di tabung yang tertutup kertas karbon. Tujuan pembalikan botol adalah untuk menguji kebenaran  atau fakta tentang perilaku hewan tersebut , serta keakuratan perlakuan . Tabung diletakkan secara horisontal agar dalam tabung tersebut, faktor yang mempengaruhi adalah cahaya saja. Jika tabung diletakkan secara vertikal, maka gaya gravitasi akan ikut mempengaruhi respon lalat buah. Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa lalat buah memberikan respon positif karena mayoritas mendekati sumber rangsangan berupa sinar lampu senter. Berarti lalat buah tersebut menunjukkan fototaksis positif.

Berdasarkan  teori  Drosophila melanogaster menyukai daerah cahaya karena hewan tersebut bukanlah jenis nocturnal serta secara umum hewan ini melakukan perkawinan di siang hari serta tidur pada malam hari.

Pada percobaan kedua  yaitu tentang uji geotaksis . Dalam hal ini menggunakan sumber rangsangan berupa gaya gravitasi bumi.  Perlakuan ini dilakukan selama 5 menit dengan 3 kali pengulangan. Jumlah total keseluruhan sampel lalat buah sebanyak 20 ekor. Setelah 5 menit pertama,  5 ekor lalat buah berada di tabung yang di bawah, sedangkan  15 ekor lalat buah berada di tabung yang di atas. Setelah 5 menit kedua,  6 ekor lalat buah berada di tabung yang di bawah, sedangkan 12 ekor lalat buah berada di tabung yang di atas. Setelah 5 menit ketiga,  9 ekor lalat buah berada di tabung yang di bawah , sedangkan 9 ekor lalat buah berada di tabung yang di atas.  Tujuan pembalikan botol adalah untuk menguji kebenaran  atau fakta tentang perilaku hewan tersebut , serta keakuratan perlakuan Pada peristiwa tingkah laku orientasi ini dapat disimpulkan bahwa lalat buah melakukan respon  geotaksis negatif, karena lalat buah tadi mayoritas menjauhi sumber rangsangan berupa gaya gravitasi bumi, dan terbang ke atas.

Hal ini bisa saja dimungkinkan bahwa lalat buah tadi memang tingkah lakunya yaitu sering terbang bebas. Berdasarkan teori, seharusnya lalat buah tersebut berada di tabung bawah . Lalat buah memiliki 2 sayap dan semua hewan yang terbang membutuhkan energi serta keadaan istirahat dengan bertengger. Apabila hewan tersebut terbang secara terus menerus maka akan merasa kelelahan akibatnya lalat buah akan menurun kan kecepatan dan ketinggian terbang mengikuti gaya gravitasi bumi untuk mengurangi penggunaan energi secara berlebihan.

Percobaan ketiga yaitu tentang uji kemotaksis. Pada percobaan ini menggunakan sumber rangsangan pberupa tape singkong. Perlakuan dilakukan selama 15 menit dengan 5 menit untuk setiap pengulangan . Jumlah total keseluruhan sampel lalat buah sebanyak 20 ekor. Setelah 5 menit pertama,  20 ekor lalat buah mendekati tape, sedangkan 8 ekor lalat buah menjauhi tape. Setelah 5 menit kedua,  15  ekor lalat buah mendekati tape, sedangkan 5 ekor lalat buah menjauhi tape. Setelah 5 menit pertama,  18 ekor lalat buah mendekati tape, sedangkan 2 ekor lalat buah menjauhi tape .Jadi dalam percobaan ini dapat disimpulkan bahwa lalat buah tadi mengalami gerakan kemotaksis positif karena mereka mendekati sumber rangsangan berupa tape.

Tingkah laku orientasi Drosophila melanogaster ini menunjukkan bahwa perilaku hewan ini memang sangatlah mendasar bahwa pada setiap individu lalat buah memiliki suatu insting untuk mencari makan, minum, cahaya, hubungan lawan jenis, interaksi dengan anggota kelompoknya/menghindari predator. Tingkah laku Drosophila melanogaster merespon langsung terhadap rangsangan sehingga disebut perilaku orientasi dimana hewan akan memutar tubuhnya mendekati atau menjauhi arah sumber rangsang.

Pembawaan tubuh kearah atau jauh dari sesuatu rangsangan dinamakan taksis pada hewan. Hewan menunjukkan beberapa jenis taksis yang berbeda; fototaksis adalah gerakkan terhadap cahaya, dan kemotaksis merupakan gerakkan terhadap kimia. Sebagian serangga, misalnya kupu-kupu dan lalat, menunjukkan fototaksis; serangga tersebut akan terbang terus kearah cahaya. Selalu serangga tersebut membawa dirinya dengan mengarahkan tubuhnya hingga cahaya mengenai ke dua matanya. Jika satu matanya buta, hewan akan bergerak dalam bentuk berputar-putar, selalu coba mencari arah yang memungkinkan cahaya diimbangkan di antara ke dua mata. Kemotaksis agak lazim di kalangan hewan.Serangga tertarik pada zat kimia yang disebut feromon, yang dikeluarkan oleh anggota spesiesnya pada jumlah yang sangat sedikit.  

Zat makanan merupakan suatu rangsangan kimia karena disusun oleh senyawa kimia yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Semua makhluk hdup pasti membutuhkan makanan. Lalat buah memiliki indera reseptor yang peka terhadap adanya sumber makanan. Makanan oleh lalat buah digunakan untuk membentuk energi yang dipakai untuk melakukan aktivitas hidup misalnya terbang, reproduksi, dan lain-lain.




V.                   KESIMPULAN



Adapun kesimpulan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Perilaku hewan adalah suatu respon dari organism terhadap stimulus (rangsangan) yang datang dari ataupun luar dengan respon tingkah laku berupa innate dan learned.
2.    Pada percobaan kali ini diberikan beberapa rangsangan, seperti gerak  fototaksis, geotaksis, dankemotaksis,
3.    Pada percobaan fototaksis terjadi respon positif , karena beberapa lalat bergerak atau mendekati ke sumber rangsangan berupa sinar lampu senter
4.    Pada percobaan geotaksis terjadi gerakan negatif,  karena ada beberapa lalat buah yang mayoritas menjauhi gravitasi bumi, karena hewan yang bersayap cenderung bergerak ke geotaksis negatif
5.    Pada percobaan kemotaksis terjadi gerakan positif, karena beberapa lalt bergerak ke sumber rangsanga berupa tape
6.    Tingkah laku Drosophila melanogaster merespon langsung terhadap rangsangan sehingga disebut perilaku orientasi dimana hewan akan memutar tubuhnya mendekati atau menjauhi arah sumber rangsang.
7.    Tingkah laku orientasi Drosophila melanogaster ini menunjukkan bahwa lalat buah memiliki insting untuk mencari makan, minum, sinar/cahaya,lawan jenis, interaksi dengan anggota kelompoknya




DAFTAR PUSTAKA



Campbell, Neil.A, dkk. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Erlangga. Jakarta.

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius.Yogyakarta.

Fried, George H. 2005. Biologi Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.

Mader, Silvia S. 1995. Biologi Evolusi, Keanekaragaman, dan Lingkungan. Kucica.Malaisya.

Nukmal, Nismah. 2012.  Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Universitas Lampung . Bandar Lampung.

Widiastuti, Endang L. 2002. Buku Ajar Fisiologi Hewan I. Universitas Lampung. Bandar lampung.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar