I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Semua
makhluk hidup, termasuk hewan memiliki ciri-ciri makhluk hidup salah satunya
yaitu iritabilitas/menanggapi rangsang. Dengan adanya kepekaan hewan terhadap
rangsangan baik yang datangnya dari dalam maupun luar, maka hewan tersebut akan
memberikan prilaku/respon yang berbeda-beda sesuai dengan rangsangan yang
diberikan. Semua organisme memiliki perilaku. Perilaku merupakan bentuk respons
terhadap kondisi internal dan eksternalnya. Suatu respons dikatakan perilaku
bila respons tersebut telah berpola, yakni memberikan respons tertentu yang
sama terhadap stimulus tertentu. Perilaku juga dapat diartikan sebagai
aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus. Dalam mengamati
perilaku, kita cenderung untuk menempatkan diri pada organisme yang kita amati,
yakni dengan menganggap bahwa organisme tadi melihat dan merasakan seperti
kita.
Hewan
dapat menunjukkan suatu respon positif maupun negative dari sebuah stimulus.
Kemampuan ini disebut behavior. Behavior atau perilaku hewan adalah suatu
respon dari organism terhadap stimulus yang datang dari dalam ataupun dari
luar. Respon ini ada dua macam yaitu innate dan innate .innate muncul secara
spontan dan konsisten terhadap suatu rangsangan, sedangkan leraned response
adalah respon yang berubah dengan adanya pengalaman dari organism tersebut.
Seperti halnya hewan lainnya, lalat buah ( Drosophilla melanogaster ) juga
dapat melakukan suatu behavior. Perilaku yang ditunjukkan merupakan perilaku
orientasi yang jenisnya dapat berupa fototaksis, geotaksis dan kemotaksis. Untuk
mengetahui lebih lanjut tentang behavior , maka perlu dilakukan praktikum ini.
B. Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya
praktikum adalah untuk mengamati :
1. Respon
serangga terhadap cahaya (fototaksis)
2. Respon
serangga terhadap gravitasi (geotaksis)
3. Respon
serangga terhadap zat kimia (kemotaksis)
II. TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku adalah aktivitas suatu
organisme akibat adanya suatu stimulus. Dalam mengamati perilaku, kita
cenderung untuk menempatkan diri pada organisme yang kita amati, yakni dengan
menganggap bahwa organisme tadi melihat dan merasakan seperti kita. Ini adalah
antropomorfisme (Y: anthropos = manusia), yaitu interpretasi perilaku organisme
lain seperti perilaku manusia. Semakin kita merasa mengenal suatu organisme,
semakin kita menafsirkan perilaku tersebut secara antropomorfik (Isnaeni,
2006).
Perilaku atau behavior adalah suatu
respon atau tanggap terhadap sinyal yang berasal dari lingkungan atau sinyal
yang berasal dari organisme lainnya. Umumnya prilaku yang muncul oleh suatu
organisme memiliki tujuan yaitu untuk mencari makanan dan minum, mendapat dan
menjaga daerah teroterial, untuk melindungi diri dan untuk bereproduksi demi
kelangsungan hidup mereka. Dari tujuan tersebut maka umumnya tingkah laku atau
behavior merupakan suatu kegiatan yang melibatkan semua system dalam tubuh tapi
hanya dipengaruhi oleh system syaraf dan endokrin sebagai pusat koordinasi.
Adakalanya perilaku hewan berkaitan dengan adaptasi. Namun adaptasi ini
merupakan suatu bentuk usaha untuk menyeimbangkan berbagai proses metabolisme
dan perilaku dengan perubahan secara siklik yang terjadi di sekelilingnya atau
lingkungannya (Widiastuti, 2002).
Pengkajian prilaku merupakan cabang
biologi yang relative baru, dan cenderung lebih deskriptif serta tidak begitu
meyakinkan secara analitis daripada cabang-cabang lain. Salah satu bahaya
menganalisis pola-pola aktivitas hewan lain adalah kecenderungan sang peneliti
untuk menyamakan aksi-aksi yang mirip dengan motif, keinginan, dan tujuan
manusia. Hal ini terutama krusial dalam hal tujuan, di mana kita sama sekali
tak punya kemampuan untuk menentukan apa yang sebenarnya diinginkan hewan
ketika menjalani serangkaian aktivitas. Intensitas dari dalam yang mendorong
hewan untuk melakukan sesuatu , apapun sifatnya, disebut dorongan (drive).
Etologi, pengkajian perbandingan prilaku dari prespektif evolusioner, sering
kali berurusan dengan dorongan-dorongan yang berkaitan dengan kegiatan makan,
seks, perawatan anak, dan lain sebagainya. Dorongan-dorongan itu tampaknya
merupakan motivasi yang muncul akibat gangguan kesetimbangan internal seekor
hewan. Dorongan- dorongan itu dimodifikasi oleh berbagai factor, baik factor
internal maupun factor yang ada di lingkungan. Dorongan sering kali disebut
insting. (Fried, 2005).
Dua macam respon tingkah laku adalah innate
(serentak) dan learned (dipelajari), innate respon muncul seketika spontan dan konsisten
terhadap suatu rangsang. Sedangkan learned respon adalah respon yang muncul
tetapi berubah denga adanya pengalaman dari organisme tersebut sehingga respon
yang muncul akan lebih tepat dan sesuai dengan rangsangan yang sama diberikan
berkali-kali. Orientasi adalah prilaku hewan dimana hewan tersebut akan memutar
tubuhnya menjauhi atau mendekati diri / ke arah sumber rangsangan. Perilaku ini
sangan mendasar pada setiap hewan untuk mencari makan, minum, sinar matahari
lawan jenis, interaksi, interaksi dengan anggota kelompoknya. Kinesis merupakan
salah satu tingkah laku orientasi yang sederhana dimana organisme- organisme
akan merespon secara tidak langsung terhadap rangsangan. Taksis juga merupakan
tingkah laku orientasi untuk hewan-hewan yang dapat menentukan jarak dengan
sumber rangsang. Respon yang banyak dilakukan antara lain fototaksis yaitu
pengaruh rangsang cahaya terhadap suatu organisme, termotaksis yaitu pengaruh
suhu terhadap organisme, geotaksis biasanya diamati dengan menjauhi atau
mendekati bumi dan kemotaksis pengaruh zat kimia terhadap organisme, (Nukmal,
Nismah, 2012: 22).
Pembawaan tubuh kea rah atau jauh dari
sesuatu rangsangan dinamakan taksis pada hewan. Hewan menunjukkan beberapa
jenis taksis yang berbeda; fototaksis adalah gerakkan terhadap cahaya, dan
kemotaksis merupakan gerakkan terhadap kimia. Sebagian serangga, misalnya kupu-kupu
dan lalat, menunjukkan fototaksis; serangga tersebut akan terbang terus kearah
cahaya. Selalu serangga tersebut membawa dirinya dengan mengarahkan tubuhnya
hingga cahaya mengenai ke dua matanya. Jika satu matanya buta, hewan akan
bergerak dalam bentuk berputar-putar, selalu coba mencari arah yang
memungkinkan cahaya diimbangkan di antara ke dua mata. Kemotaksis agak lazim di
kalangan hewan.Serangga tertarik pada zat kimia yang disebut feromon, yang
dikeluarkan oleh anggota spesiesnya pada jumlah yang sangat sedikit.Sejumlah
semut akan mengikuti kesan feromon itu dan akan berputar-putar sampai mati
kelelahan.Vertebrata kadangkala sangat bereaksi terhadap zat kimia. Anjing
pemburu dapat melacak seseorang dengan mencium bau bajunya (Mader, Silvia
S,1995).
Suatu
mitos yang masih diabadikan secara luas oleh media populer adalah bahwa
perilaku disebabkan oleh pengaruh gen (nature/alam) atau oleh pengaruh
lingkungan (nature/pemeliharaan). Tetapi, dalam biologi, perdebatan mengenai
nature bukanlah mengenai memilih salah satu; nature atau nurture adalah
mengenai derajat sejauh mana gen dan lingkungan mempengaruhi sifat fenotifik,
yang meliputi sifat perilaku. Fenotif tergantung pada gen dan lingkungan; sifat
atau ciri perilaku memiliki komponen genetik dan lingkungan, seperti halnya
semua sifat anatomis dan fisiologis seekor hewan. Seperti ciri fenotifik
lainnya, perilaku memperlihatkan suatu kisaran variasi fenotifik (suatu ’norma
reaksi’) yang bergantung pada lingkungan, di mana genotip itu diekspresikan.
Perilaku dapat diubah dilingkungan. Pada sisi lainnya, bentuk penyelesaian
masalah yang paling berkembang ditandai oleh morma reaksi yang sangat luas.
Namun demikian, perilaku juga memiliki suatu komponen genetik---perilaku
bergantung pada gen-gen yang ekspresinya menghasilkan sistim neuron yang
tanggap terhadap kemajuan pembelajaran. Sebagian ciri perilaku adalah
filogenetik, dengan norma reaksi yang luas, ( Campbell, 2004: 100)
III. METODE PERCOBAAN
A. Waktu
dan Tempat
Praktikum dilakukan di Laboratorium Zoologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada tanggal 30 April 2014 pukul 08.00 WIB.
B. Alat
dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan adalah lalat buah (Drosophila melanogaster), tape singkong, kertas karbon, lampu
senter, selotipe.
C. Prosedur
Kerja
Adapun yang dilakukan dalam
praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Percobaan Fototaksis
1. Memasukkan 15 lalat buah kedalam tabung plastik/kaca
bersih ,dan gabungkan tabung kedua dengan menggunakan selotip.
2. Menutup salah satu bagian tabung dengan kertas
karbon hitam dan biarkan salah satu ujungnya terbuka. Letakkan tabung tersebut
secara horizontal.
3. Menyinari salah satu ujung yang terbuka tersebut
dengan lampu (senter), selama 5 menit. Kemudian hitung jumlah lalat buah pada
tiap tabung.
4. Mengetuk-ketuk tabung tersebut sehingga lalat
buah tercampur lagi., dan tunggu selama 5 menit lagi. Setelah itu dihitung dan diamati
lagi.
2.
Percobaan Geotaksis
1. Menggunakan tabung-tabung yang sama, mengambil 15
lalat buah yang baru dan memasukkan
kedalam tabung. Membiarkan lalat-lalat tersebut melekat pada tabung kemudian
tutup dengan kertas karbon hitam.
2. Memegang tabung-tabung tersebut pada posisi
vertikal selama 5 menit. Menghitung jumlah lalat buah pada setiap tabung.
3. Mengetuk - ketuk tabung tersebut sehingga lalat
buah terkumpul kembali di tengah - tengah. Mengulangi percobaan seperti awal,dengan
membalikkan tabung secara vertikal, yang tadinya di bawah menjadi di atas, kemudian tunggu selama 5 menit dan menghitungnya
kembali
3.
Percobaan Kemotaksis
1. Menyiapkan 2 buah tabung dengan salah satu tabung
berisi tape dan memasukan 15 lalat buah.
2. Menggabungkan kedua tabung tersebut dengan selotip.
Kemudian letakkan tabung tersebut dengan posisi vertikal.
3. Mengamati selama 5menit kemudian. Mencatat berapa
banyak lalat buah pada tiap tabung. Mengulangi percobaan diatas dengan 3 kali pengulangan.
IV.
HASIL
PENGAMATAN
A.
Hasil
Pengamatan
Adapun
hasil percobaan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
Perlakuan
|
5 menit
pertama
|
5 Menit kedua
|
5 menit ketiga
|
|||
Respon
|
Respon
|
Respon
|
||||
+
|
-
|
+
|
-
|
+
|
-
|
|
Fototaksis
|
8
|
7
|
9
|
6
|
7
|
8
|
Geotaksis
|
5
|
15
|
6
|
12
|
9
|
9
|
Kemotaksis
|
12
|
8
|
15
|
5
|
18
|
2
|
B. Pembahasan
Praktikum
kali ini yaitu berjudul perilaku hewan/behavior. Behavior atau perilaku hewan
adalah suatu respon dari organism terhadap stimulus (rangsangan) yang datang
dari ataupun luar dengan respon tingkah laku berupa innate dan learned. Tujuan
dari praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui bagaimana respon tingkah laku
pada lalat buah/ Drosophila melanogaster terhadap rangsangan yang diberikan
berupa rangsangan fototaksis, geotaksis,maupun kemotaksis.
Percobaan
pertama yaitu tentang uji fototaksis, menggunakan sumber rangsangan pemicu
berupa sinar lampu senter. Perlakuan ini dilakukan selama 5 menit dengan 3 kali
pengulangan. Jumlah total keseluruhan sampel lalat buah sebanyak 15 ekor.
Setelah 5 menit pertama, 8 ekor lalat
buah berada di tabung yang disinari lampu senter, sedangkan 7 ekor lalat buah
berada di tabung yang tertutup kertas karbon. Setelah 5 menit kedua, 9 ekor lalat buah berada di tabung yang
disinari lampu senter, sedangkan 6 ekor lalat buah berada di tabung yang
tertutup kertas karbon. Setelah 5 menit ketiga,
7 ekor lalat buah berada di tabung yang disinari lampu senter, sedangkan
8 ekor lalat buah berada di tabung yang tertutup kertas karbon. Tujuan
pembalikan botol adalah untuk menguji kebenaran
atau fakta tentang perilaku hewan tersebut , serta keakuratan perlakuan
. Tabung diletakkan secara horisontal agar dalam tabung tersebut, faktor yang
mempengaruhi adalah cahaya saja. Jika tabung diletakkan secara vertikal, maka
gaya gravitasi akan ikut mempengaruhi respon lalat buah. Dari percobaan ini
dapat disimpulkan bahwa lalat buah memberikan respon positif karena mayoritas
mendekati sumber rangsangan berupa sinar lampu senter. Berarti lalat buah
tersebut menunjukkan fototaksis positif.
Berdasarkan
teori Drosophila
melanogaster menyukai daerah cahaya karena hewan tersebut bukanlah jenis
nocturnal serta secara umum hewan ini melakukan perkawinan di siang hari serta
tidur pada malam hari.
Pada
percobaan kedua yaitu tentang uji
geotaksis . Dalam hal ini menggunakan sumber rangsangan berupa gaya gravitasi
bumi. Perlakuan ini dilakukan selama 5
menit dengan 3 kali pengulangan. Jumlah total keseluruhan sampel lalat buah
sebanyak 20 ekor. Setelah 5 menit pertama,
5 ekor lalat buah berada di tabung yang di bawah, sedangkan 15 ekor lalat buah berada di tabung yang di
atas. Setelah 5 menit kedua, 6 ekor
lalat buah berada di tabung yang di bawah, sedangkan 12 ekor lalat buah berada
di tabung yang di atas. Setelah 5 menit ketiga,
9 ekor lalat buah berada di tabung yang di bawah , sedangkan 9 ekor
lalat buah berada di tabung yang di atas.
Tujuan pembalikan botol adalah untuk menguji kebenaran atau fakta tentang perilaku hewan tersebut ,
serta keakuratan perlakuan Pada peristiwa tingkah laku orientasi ini dapat
disimpulkan bahwa lalat buah melakukan respon geotaksis negatif, karena lalat buah tadi
mayoritas menjauhi sumber rangsangan berupa gaya gravitasi bumi, dan terbang ke
atas.
Hal
ini bisa saja dimungkinkan bahwa lalat buah tadi memang tingkah lakunya yaitu
sering terbang bebas. Berdasarkan teori, seharusnya lalat buah tersebut berada
di tabung bawah . Lalat buah memiliki 2 sayap dan semua hewan yang terbang
membutuhkan energi serta keadaan istirahat dengan bertengger. Apabila hewan tersebut
terbang secara terus menerus maka akan merasa kelelahan akibatnya lalat buah
akan menurun kan kecepatan dan ketinggian terbang mengikuti gaya gravitasi bumi
untuk mengurangi penggunaan energi secara berlebihan.
Percobaan
ketiga yaitu tentang uji kemotaksis. Pada percobaan ini menggunakan sumber
rangsangan pberupa tape singkong. Perlakuan dilakukan selama 15 menit dengan 5
menit untuk setiap pengulangan . Jumlah total keseluruhan sampel lalat buah
sebanyak 20 ekor. Setelah 5 menit pertama,
20 ekor lalat buah mendekati tape, sedangkan 8 ekor lalat buah menjauhi
tape. Setelah 5 menit kedua, 15 ekor lalat buah mendekati tape, sedangkan 5
ekor lalat buah menjauhi tape. Setelah 5 menit pertama, 18 ekor lalat buah mendekati tape, sedangkan
2 ekor lalat buah menjauhi tape .Jadi dalam percobaan ini dapat disimpulkan bahwa
lalat buah tadi mengalami gerakan kemotaksis positif karena mereka mendekati
sumber rangsangan berupa tape.
Tingkah
laku orientasi Drosophila melanogaster
ini menunjukkan bahwa perilaku hewan ini memang sangatlah mendasar bahwa pada
setiap individu lalat buah memiliki suatu insting untuk mencari makan, minum,
cahaya, hubungan lawan jenis, interaksi dengan anggota kelompoknya/menghindari
predator. Tingkah laku Drosophila
melanogaster merespon langsung terhadap rangsangan sehingga disebut
perilaku orientasi dimana hewan akan memutar tubuhnya mendekati atau menjauhi
arah sumber rangsang.
Pembawaan
tubuh kearah atau jauh dari sesuatu rangsangan dinamakan taksis pada hewan.
Hewan menunjukkan beberapa jenis taksis yang berbeda; fototaksis adalah
gerakkan terhadap cahaya, dan kemotaksis merupakan gerakkan terhadap kimia.
Sebagian serangga, misalnya kupu-kupu dan lalat, menunjukkan fototaksis;
serangga tersebut akan terbang terus kearah cahaya. Selalu serangga tersebut
membawa dirinya dengan mengarahkan tubuhnya hingga cahaya mengenai ke dua
matanya. Jika satu matanya buta, hewan akan bergerak dalam bentuk
berputar-putar, selalu coba mencari arah yang memungkinkan cahaya diimbangkan
di antara ke dua mata. Kemotaksis agak lazim di kalangan hewan.Serangga
tertarik pada zat kimia yang disebut feromon, yang dikeluarkan oleh anggota
spesiesnya pada jumlah yang sangat sedikit.
Zat
makanan merupakan suatu rangsangan kimia karena disusun oleh senyawa kimia
yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Semua makhluk hdup pasti membutuhkan
makanan. Lalat buah memiliki indera reseptor yang peka terhadap adanya sumber
makanan. Makanan oleh lalat buah digunakan untuk membentuk energi yang dipakai
untuk melakukan aktivitas hidup misalnya terbang, reproduksi, dan lain-lain.
V.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dalam praktikum ini
adalah sebagai berikut :
1. Perilaku
hewan adalah suatu respon dari organism terhadap stimulus (rangsangan) yang
datang dari ataupun luar dengan respon tingkah laku berupa innate dan learned.
2. Pada
percobaan kali ini diberikan beberapa rangsangan, seperti gerak fototaksis, geotaksis, dankemotaksis,
3. Pada
percobaan fototaksis terjadi respon positif
, karena beberapa lalat bergerak atau mendekati ke sumber rangsangan berupa sinar lampu senter
4. Pada percobaan geotaksis
terjadi gerakan negatif, karena ada
beberapa lalat buah yang mayoritas menjauhi gravitasi bumi, karena hewan yang
bersayap cenderung bergerak ke geotaksis negatif
5. Pada
percobaan kemotaksis terjadi gerakan positif, karena beberapa lalt bergerak ke
sumber rangsanga berupa tape
6. Tingkah
laku Drosophila melanogaster merespon
langsung terhadap rangsangan sehingga disebut perilaku orientasi dimana hewan
akan memutar tubuhnya mendekati atau menjauhi arah sumber rangsang.
7. Tingkah laku orientasi Drosophila melanogaster ini menunjukkan
bahwa lalat buah memiliki insting untuk mencari makan, minum, sinar/cahaya,lawan
jenis, interaksi dengan anggota kelompoknya
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, Neil.A, dkk. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Erlangga. Jakarta.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius.Yogyakarta.
Fried, George H. 2005. Biologi Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.
Mader, Silvia S. 1995. Biologi Evolusi, Keanekaragaman, dan
Lingkungan. Kucica.Malaisya.
Nukmal, Nismah. 2012. Penuntun
Praktikum Fisiologi Hewan. Universitas Lampung . Bandar Lampung.
Widiastuti,
Endang L. 2002. Buku Ajar Fisiologi Hewan
I. Universitas Lampung. Bandar lampung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar