SISTEM SYARAF
(Laporan Praktikum Fisiologi Hewan)
Oleh
Dwi Rahmawati
1213024020
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Gerak refleks merupakan respon yang
cepat dan tidak disadari terhadap perubahan lingkungan interna maupun eksterna.
Refleks dikendalikan oleh sistem saraf yaitu otak (disebut refleks kranial)
atau medula spinalis ( disebut refleks spinal) lewat saraf motorik kranial dan
spinal. Saraf kranial dan saraf spinal dapat berupa saraf somatik yang
mengendalikan refleks otot kerangka atau saraf otonom yang mengendalikan
refleks otot plos, jantung dan kelenjar. Meskipun refleks spinal dapat terjadi
tanpa keterlibatan otak, tetapi otak seringkali memberikan pertimbangan dalam
refleks spinal. Refleks adalah suatu respon organ efektor (otot ataupun
kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar, terhadap suatu stimulus
tertentu. Respon tersebut melibatkan
suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya 2 neuron, membentuk suatu
busur refleks. Dua neutron aferen,
sensoris, atau reseptor, dan neuron eferen, motoris , atau efektor. Umumnya
satu atau lebih neuron penghubung (interneuron) terletak di antara neuron
reseptor dan neuron efektor. Meskipun refleks dapat melibatkan berbagai bagian
otak dan sistem saraf otonom, refleks yang paling sederhana adalah refleks
spinal. Suatu refleks spinal yang khas adalah refleks rentang yang digambarkan
dengan refleks pemukulan ligamentum patela (suatu tendon) , sehingga
menyebabkan otot lutut terentang.
Pada dasarnya semua sel memiliki
sifat iritabilitas , artinya sel dapat menanggapi (merespon) rangsangan yang
sampai kepadanya. Sifat tersebut tampak masih sangat menonjol pada sel otot dan
sel saraf. Sel otot akan menunjukkan respon apabila padanya diberi rangsangan
lewat saraf atau langsung pada otot. Respon yang ditunjukkan oleh sel otot
umumnya berupa kontraksi otot, sedangkan respon yang pada sel saraf tidak dapat
diamati, sebab berupa proses pembentukan potensial aksi yang kemudian
dirambatkan berupa impuls. Adanya respon sel saraf hanya dapat diamati pada
efektornya. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang sistem saraf, maka perlu
dilakukan praktikum ini.
B. Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya
praktikum adalah :
1. Macam-
macam refleks yang dikendalikan oleh otak
2. Macam-macam
refleks yang dikendalikan oleh medula spinalis
3. Sifat
iritabilitas otot dan saraf sebelum saraf diputus dari medula spinalis dan
sesudah diputus dari medula spinalis
4. Mempelajari
fungsi dari bagian-bagian susunan syaraf pusat
II. TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan saraf
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan fungsi-fungsi jaringan lain dalam tubuh.
Jaringan saraf terdiri atas macam-macam jenis sel neuron dan sel glia yang
berasal dari neuroepitel embrional. Sistem saraf sebenarnya dua sistem yang
struktur dan fungsi saling berhubungan. Sistem saraf pusat (SSP) yang mencakup
otak dan medula spinalis, dan sistem saraf tepi (SST), yang mencakup saraf dan
ganglion yang terbesar diseluruh bagian tepi tubuh. Neuron merupakan dasar
unsur sel sistem saraf. Struktur neuron sangat bervariasi. Sel glia seperti
glia seperti astrosit dan sel Schwann, melakukan fungsi tambahan yang tidak
berkaitan dengan komunikasi. Sinapsis adalah tempat hubungan anatomik dan
fungsional antarneuron ( Johnson, Kurt E. , 1994: 215).
Pada dasarnya
semua sel memiliki sifat iritabilitas , artinya sel dapat menanggapi (merespon)
rangsangan yang sampai kepadanya. Sifat tersebut tampak masih sangat menonjol
pada sel otot dan sel saraf. Sel otot akan menunjukkan respon apabila padanya
diberi rangsangan lewat saraf atau langsung pada otot. Respon yang ditunjukkan
oleh sel otot umumnya berupa kontraksi otot, sedangkan respon yang pada sel
saraf tidak dapat diamati, sebab berupa proses pembentukan potensial aksi yang
kemudian dirambatkan berupa impuls. Adanya respon sel saraf hanya dapat diamati
pada efektornya.
Lintasan impuls
saraf dari reseptor sampai efektor disebut lengkung refleks. Apabila suatu
saraf diberi rangsangan , maka sel saraf akan merespon yaitu mengubah energi
rangsangan menjadi energi elektrokimia
impuls saraf yang akan dirambatkan sepanjang serabut saraf. Rambatan
impuls saraf ini tidak dapat diamati dengan mata seperti kontraksi otot (Nukmal,
Nismah, 2012 :14).
Pada tiap segmen
tubuh vertebrata terdapat pasang saraf perifer. Pada sebagian besar saraf
spinal, neuron aferen dan eferen terletak berdekatan, tetapi dekat sumsum
tulang belakang saraf itu terbagi menjadi akar dorsal dan akar ventral, dan
neuronnya terpisah. Dalam akar neuron dorsal terdapat neuron aferen dan
mempunyai suatu pembesaran yaitu ganglion akar dorsal, yang mengandung
badan-badan selnya sendiri. Saraf dari hidung, mata, dan telinga berkembang
dengan indera perasa khusus. Saraf-saraf ini seluruhnya terdiri atas serabut
aferen , kecuali beberapa neuron eferen dalam saraf mata dan vestibulokoklear
(pendengar) yang menjulur ke organ indera dan dapat mengatur aktivitasnya.
Saraf kranial selebihnya mengandung sejumlah besar serabut aferen, dan eferen
yang dianggap secara serial homolog dengan akar yang terpisah dari saraf spinal
vertebrata. Lokasi badan sel saraf
kranial dan ujung akhirnya di dalam otak mengikuti pola yang telah diutarakan
pada neuron spinal (Villee, Claude A. dkk, 1984 : 246-247).
Saraf spinal timbul
dari saraf tunjang sebagai sebuah akar dorsal dan akar ventral yang kemudian
bersatu membangun saraf spinal.Pada akar dorsal terdapat ganglion spinal dan
akar dorsal ini terutama sensoris., sedangkan akar ventral motoris. Tidak jauh
sesudah munculnya kanalis vertebralis, setiap saraf spinal sekurang-kurangnya
akan pecah menjadi dua cabang. Sebuah ramus dorsal mensuplai otot epaksial dan
kulit punggung.
Sistem saraf
otonom merupakan bagian dari sistem saraf periferi yang mengontrol aktivitas
lingkungan dalam yang biasanya involuntary, seperti denyutan jantung, gerakan
peristaltik dan berkeringat. Dibangun oleh neuron motoris yang menuju otot
polos di organ-organ interna. Sistem saraf otonom terdiri atas neuron
preganglionik yang meninggalkan sistem saraf pusat melalui akar ventral dari
saraf segmental sebelum mengadakan sinapsis dengan neuron postganglionik yang
menuju ke efektornya. Terdapat 2 bagian dari sistem saraf otonom yaitu sistem
saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis (Nurcahyani,Nuning, 2005 : 62-66).
Serebelum
berkembang dari bagian metensefalon. Fungsi primernya adalah mengkoordinasikan
pergerakan. Serebelum menerima informasi sensoris mengenai posisi persendian
dan panjang otot, juga informasi dan sistem audiotoris (pendenganran) dan
visual (penglihatan). Serebelum juga menerima input dari jalur motoris, yang
memberitahunya tindakan mana yang diperintahkan oleh serebrum. Serebelum
menggunakan informasi ini untuk menghasilkan koordinasi otomatis atas
pergerakan dan kesetimbangan. Jika salah satu bagian tubuh digerakkan ,
serebelum akan mengkoordinasikan bagian tubuh lainnya untuk pergerakan yang
mulus dan pemeliharaan keseimbangan. Serebelum juga memainkan peranan dalam
pembelajaran dan pengingatan respon motoris. Koordinasi tangan-mata merupakan
salah satu contoh fungsi serebelum. Jika serebelum rusak, mata dapat mengikuti
objek yang bergerak, akan tetapi mata tidak akan berhenti bergerak pada tempat
yang sama ketika objek tersebut berhenti .
Serebrum, pusat
integratif yang paling kompleks di SSP, berkembang dari telensefalon embrionik.
Serebrum dibagi menjadi belahan serebral. Masing-masing belahan terdiri atas
penutup bagian luar yang terbuat dari bahan abu-abu, yang disebut korteks
serebral, bahan putih di bagian dalam, dan kelompok nukleus yang berada di
dalam bahan putih, yang disebut nukleus nasal juga disebut ganglia basal adalah
pusat yang penting untuk koordinasi motoris dan bertindak sebagai saklar untuk
impuls dari sistem motoris lain. Jika nukleus basal rusak, seseorang bisa
menjadi pasif dan tidak mampu bergerak karena nukleus itu tidak lagi
mengirimkan impuls motoris ke otot (Cambell, 2002 : 221).
Refleks adalah
suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat otomatis atau
tanpa sadar, terhadap suatu stimulus tertentu. Respon tersebut melibatkan suatu rantai yang
terdiri atas sekurang-kurangnya 2 neuron, membentuk suatu busur refleks. Dua neutron aferen, sensoris, atau reseptor,
dan neuron eferen, motoris , atau efektor. Umumnya satu atau lebih neuron
penghubung (interneuron) terletak di antara neuron reseptor dan neuron efektor.
Meskipun refleks dapat melibatkan berbagai bagian otak dan sistem saraf otonom,
refleks yang paling sederhana adalah refleks spinal. Suatu refleks spinal yang
khas adalah refleks rentang yang digambarkan dengan refleks pemukulan
ligamentum patela (suatu tendon) , sehingga menyebabkan otot lutut terentang.
Kenyataan bahwa
aksi refleks ini tidak memerlukan kontrol kesadaran dapatlah ditunjukkan dengan
seekor hewan, misalnya katak, yang otaknya telah diambil dengan cara memotong
korda spinalis. Seekor hewan yang telah diputuskan kolumna spinalisnya disebut
hewan spinal, karena semua aktivitas arah kandal dari lokasi pemotongan itu
pastilah hanya karena korda spinalisnya, tidak lagi ada hubungan dengan otak. Katak
amatlah berguna untuk mendemostrasikan refleks spinal karena periode shock
spinal yang menghilangkan aktivitas refleks dan membuat katak menjadi lumpuh,
berlangsung hanya dalam beberapa menit saja. Setelah pulih dari shock spinal,
hewan akan menarik sebuah kakinya apabila diberi stimulus seperti misalnya
rangsangan listrik atau diberi sedikit asam lemah ( Frandson, 1992 :158 ).
III. METODE PERCOBAAN
A. Waktu
dan Tempat
Praktikum dilakukan di Laboratorium Zoologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada tanggal 16 April 2014 pukul 08.00 WIB.
B. Alat
dan Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum katak,
cuka, garam, dan air.
Sedangkan alat yang digunakan adalah kapas, papan
dan alat diseksi, pinset, pemanas, baskom, silet, stopwatch, pemanas
C. Prosedur
Kerja
Adapun yang dilakukan dalam
praktikum ini adalah sebagai berikut :
A.
Syaraf pusat sebagai pengendali refleks
· Refleks
pada Manusia
1. Probandus
duduk dengan tenang (rileks) di atas kursi atau meja dengan kedua kakinya
menyilang. Ujung kaki tergantung dengan bebas. Mengetuk tendon patella (tendon
di bawah lutut) dengan hammer refleks dan mencatat reaksinya. Mengerjakan
perlakuan ini pada kedua kaki secara bergantian
2. Mengerjakan
perlakuan refleks patellar dalam keadaan sebagai berikut :
a. Probandus
memegang jari-jarinya di depan dadan dan kedua tangannya saling mendorong
b. Sesudah
probandus menjadi lelah dengan lari-lari di tempat
B.
Syaraf
tepi dan otot
·
Pembuatan sediaan otot-saraf
a. Sebelum
dilakukan pembedahan , terlebih dahulu katak disingle pith dan katak yang lain
didouble pith.
b. Dengan
hati-hati gunting kulit pada perut katak kira-kira 3 cm di atas paha dengan
arah transversal melingkari tubuh, kemudian tariklah kulit ke arah bawah
(seperti melepas celana) sampai kulit terepas dari betis katak
c. Tendon
paha tungkai bawah kanan kiri telah siap
·
Perlakuan sebelum saraf diputus dari
medula spinalis
Pada percobaan ini, menggunakan
katak yang telah disingle pith.
1. Rangsangan
mekanis
Mencubit pelan-pelan saraf sebelah
kanan dengan piset. Mengamati respon pada otot gastroknemius sebelah kanan
maupun kiri, mencatat hasilnya. Mengulangi hal yang sama pada saraf sebelah
kiri.
Mencubit pelan-pelan otot
gastroknemius sebelah kanan dengan piset. Mengamati respon pada otot
gastroknemius sebelah kanan maupun kiri, mencatat hasilnya. Mengulangi hal yang
sama pada otot gastroknemius sebelah kiri.
2. Rangsangan
termis
Menggunakan besi yang telah
dipanaskan, menyentuhkannya pada saraf kanan. Mengamati respon pada otot
gastroknemius sebelah kanan maupun kiri, mencatat hasilnya. Mengulangi hal yang
sama pada saraf sebelah kiri. Mengerjakan hal yang sama pada otot
gastroknemius. Mencatat hasilnya.
3. Rangsangan
kimia
Meneteskan 1-2 tetes cuka pada
saraf sebelah kanan . Mengamati respon yang terjadi pada otot gastroknemius
kanan maupun kiri, mencatat hasilnya. Mengulangi perlakuan yang sama untuk
saraf sebelah kiri. Mengerjakan hal yang sama pada otot gastroknemius. Mencatat
hasilnya
4. Rangsangan
osmotis
Membubuhkan NaCl atau garam dapur
pada saraf sebelah kanan. Mengamati agak lama respon pada otot gastroknemius
kanan maupun kiri, mencatat hasilnya. Mengulangi perlakuan yang sama untuk
saraf sebelah kiri. Mengerjakan hal yang sama pada otot gastroknemius.
·
Perlakuan sesudah saraf diputus dari
medula spinalis
Pada
percobaan ini, menggunakan katak yang telah didouble pith.
1.
Rangsangan mekanis
Mencubit pelan-pelan saraf sebelah
kanan dengan piset. Mengamati respon pada otot gastroknemius sebelah kanan
maupun kiri, mencatat hasilnya. Mengulangi hal yang sama pada saraf sebelah
kiri.
Mencubit pelan-pelan otot
gastroknemius sebelah kanan dengan piset. Mengamati respon pada otot
gastroknemius sebelah kanan maupun kiri, mencatat hasilnya. Mengulangi hal yang
sama pada otot gastroknemius sebelah kiri.
2.
Rangsangan termis
Menggunakan besi yang telah
dipanaskan, menyentuhkannya pada saraf kanan. Mengamati respon pada otot
gastroknemius sebelah kanan maupun kiri, mencatat hasilnya. Mengulangi hal yang
sama pada saraf sebelah kiri. Mengerjakan hal yang sama pada otot
gastroknemius. Mencatat hasilnya.
3.
Rangsangan kimia
Meneteskan 1-2
tetes cuka pada saraf sebelah kanan . Mengamati respon yang terjadi pada otot
gastroknemius kanan maupun kiri, mencatat hasilnya. Mengulangi perlakuan yang
sama untuk saraf sebelah kiri. Mengerjakan hal yang sama pada otot
gastroknemius. Mencatat hasilnya
4.
Rangsangan osmotis
Membubuhkan NaCl
atau garam dapur pada saraf sebelah kanan. Mengamati agak lama respon pada otot
gastroknemius kanan maupun kiri, mencatat hasilnya. Mengulangi perlakuan yang
sama untuk saraf sebelah kiri. Mengerjakan hal yang sama pada otot
gastroknemius.
C.
Sistem saraf pusat dan otonom
Fungsi
bagian-bagian dari otak
·
Katak normal
Memasukkan katak dalam baskom
berisi air, mengamati kondisi-kondisi berikut :
-
Sikap badan (posture)
-
Gerakan spontan
-
Keseimbangan badan (refleks bangkit)
-
Kemampuan berenang
-
Frekuensi nafas
-
Frekuensi jantung
·
Decerbrasi
Dengan silet yang runcing dan
tajam, memotong dengan cepat otak katakcmelintang menurut suatu garis yang
menghubungkan tepi-tepi anterior dari kedua gendang telinga (membran tympani
yang terletak di belakang dan di bawah kedua mata). Pemotongan ini biasanya
anterior darso thalamus. Memasukkan katak dalam baskom berisi air, mengamati
kondisi-kondisi berikut :
-
Sikap badan (posture)
-
Gerakan spontan
-
Keseimbangan badan (refleks bangkit)
-
Kemampuan berenang
-
Frekuensi nafas
-
Frekuensi jantung
·
Katak Spinal
Merusak cerebellum dan medula
oblongata dengan menunsukkan kawat penusuk otak kira-kira ¾ cm ke belakang dari
tempat pemotongan terakhir. Putar kawatnya untuk merusak tenunan sarafnya.
Memasukkan katak dalam baskom berisi air, mengamati kondisi-kondisi berikut :
-
Sikap badan (posture)
-
Gerakan spontan
-
Keseimbangan badan (refleks bangkit)
-
Kemampuan berenang
-
Frekuensi nafas
-
Frekuensi jantung
IV.
HASIL
PENGAMATAN
A.
Hasil
Pengamatan
Adapun
hasil percobaan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Tabel
Refleks Manusia
Perlakuan
|
Kelompok 1
|
Kelompok 2
|
Rata-rata
|
Duduk rileks kaki menyilang
|
++
|
++
|
++
|
Duduk rileks + kedua tanagn saling mendorong
|
+
|
++
|
+
|
Lari-lari kecil + duduk rileks
|
+++
|
+
|
++
|
Keterangan :
+++ : cepat (1 detik)
++ : sedang ( 2-3 detik)
+ :
lambat (4-5 detik)
2.
Tabel
perlakuan sebelum dan sesudah saraf diputus dari medula spinalis
Perlakuan
|
Sikap Badan
|
Gerakan-
gerakan spontan
|
Keseim-bangan
Bangkit
|
Kemam-puan
Berenang
|
Frekuensi
nafas
|
Frekuensi
Jantung
|
Katak normal
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
118/ menit
|
118/ menit
|
Katak Decebrasi
|
++
|
++
|
++
|
++
|
108/
menit
|
108/
Menit
|
Katak Spinal
|
+
|
+
|
+
|
+
|
28/menit
|
28/menit
|
+++ : Kuat + :
Lemah
++ : Sedang - :
Tidak ada respon
3.
Tabel
fungsi bagian-bagian dari otak
Rangsangan
|
Single Pithing
|
Double pithing
|
||
Kanan
|
Kiri
|
Kanan
|
Kiri
|
|
Mekanis
|
+++
|
+++
|
+++
|
+
|
Kimia (Cuka)
|
+++
|
+
|
+
|
+
|
Osmotis(Garam)
|
++
|
++
|
+
|
+
|
Termis
|
+++
|
+++
|
+
|
+
|
+++ : Kuat + :
Lemah
++ : Sedang - : Tidak ada respon
B.
Pembahasan
Telah dilakukan praktikum tentang kerja sistem saraf. Adapun judul praktikum ini
adalah saraf pusat sebagai pengendali refleks, saraf tepi dan otot, dan sistem
saraf pusat dan otonom. Pada praktikum saraf pusat sebagai pengendali refleks
dilakukan praktikum mengenai refleks pada manusia. Berdasarkan praktikum
didapat hasil yaitu pada posisi duduk dan kaki menyilang di ketuk dengan
hammer, sedang. Pada posisi duduk memegang jari-jarinya di depan dada dan kedua
tangannya saling mendorong di ketuk dengan hammer, lemah. Melakukan lari-lari
kecil kemudian duduk dan di ketuk menggunakan hammer, sedang. Berdasarkan hal
tersebut, yang paling cepat beraksi adalah saat pada posisi duduk dan kaki
menyilang dan Melakukan lari-lari kecil kemudian duduk.
Pada praktikum saraf tepi dan otot
dilakukan 2 percobaan , yaitu perlakuan sebelum saraf diputus dari medula
spinalis dan perlakuan sesudah saraf diputus dari medula spinalis. Pada
perlakuan sebelum saraf diputus dari medula spinalis menggunakan katak yang
telah disingle pithing, dan perlakuan sesudah saraf diputus dari medula
spinalis menggunakan katak yang telah didouble pithing. Ada empat rangsangan
yang digunakan, yaitu rangsangan mekanis, termis, kimia, dan osmotis.
Pada rangsangan mekanis, dilakukan
dengan mencubit menggunakan pinset. Hasil yang didapat adalah pada katak single
pithing, kaki kanan kuat, dan kaki kiri kuat. Sedangkan pada katak double
pithing , kaki kanan kuat, kaki kiri lemah. Pada rangsangan termis , dilakukan
dengan menempelkan besi yang telah dipanaskan. Hasil yang didapat adalah pada katak
single pithing, kaki kanan kuat, dan kaki kiri kuat. Sedangkan pada katak
double pithing , kaki kanan lemah, kaki kiri lemah. Pada rangsangan kimia ,
dilakukan dengan meneteskan cuka. Hasil yang didapat adalah pada katak single
pithing, kaki kanan kuat, dan kaki kiri lemah. Sedangkan pada katak double
pithing , kaki kanan lemah, kaki kiri lemah. Pada rangsangan osmotis, dilakukan
dengan menaburkan garam. Hasil yang didapat adalah pada katak single pithing,
kaki kanan sedang, dan kaki kiri sedang atau cukup kuat. Sedangkan pada katak
double pithing , kaki kanan lemah, kaki kiri lemah. Berdasarkan praktikum pada
kaki kanan, baik pada single pithing maupun double pithing, reaksi yang lebih
cepat dan kuat adalah pada kaki kanan.
Pada
single pithing, bagian yang dirusak adalah foramen ocipetale, sedangkan pada
double pithing bagian yang dirusak adalah canalis vertebralis. Katak yang di single pithing akan
memberikan respon yang lebih baik di bandingkan dengan katak dobel piting.
Rangsangan pada double pithing lebih rendah daripada single pithing karena pada
single pithing bagian saraf otak tidak dirusak, hanya foramen ocipetale yang
rusak.
Pada
praktikum sistem saraf pusat dan otonom, hasil yang didapatkan adalah pada
katak normal, sikap badannya kuat, gerakan – gerakan spontan kuat, keseimbangan
kuat, kemampuan berenang kuat, frekuensi nafas kuat, dan frekuansi jantung kuat,
118 per menit. Pada katak decerbrasi, sikap badannya sedang, gerakan – gerakan
spontan sedang, keseimbangan sedang, kemampuan berenang sedang, frekuensi nafas
sedang, dan frekuansi jantung sedang, 108 per menit. Pada katak spinal, sikap
badannya lemah, gerakan – gerakan spontan lemah, keseimbangan lemah, kemampuan
berenang lemah, frekuensi nafas lemah, dan frekuansi jantung lemah, 28 per
menit.
Pada
katak decerbrasi , yang ditusuk adalah bagian anterior dari otak yang
menghubungkan membran timpani. Yang dirusak adalah bagian cerebrum (otak
besar). Katak spinal merupakan katak dengan kondisi otak yang rusak tetapi
respon yang dihasilkan tetap ada namun katak merespon stimulus sangat lama. Hal
ini dikarenakan sistem saraf pada otaknya telah mengalami kerusakan pada saat
penusukan dengan kawat atau jarum pada saat praktikum.
Penurunan reaksi katak karena koordinasi
yang tidak baik lagi antara sel-sel saraf nya akibat penusukan . Pada
kondisi katak normal, katak memberikan respon sangat kuat karena katak masih
memiliki sistem saraf pusat yang normal sehingga penyampaian impuls tidak
terganggu.
Refleks adalah suatu respon organ
efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar,
terhadap suatu stimulus tertentu. Respon
tersebut melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya 2 neuron,
membentuk suatu busur refleks. Dua neutron
aferen, sensoris, atau reseptor, dan neuron eferen, motoris , atau efektor.
Umumnya satu atau lebih neuron penghubung (interneuron) terletak di antara
neuron reseptor dan neuron efektor. Meskipun refleks dapat melibatkan berbagai
bagian otak dan sistem saraf otonom, refleks yang paling sederhana adalah
refleks spinal. Suatu refleks spinal yang khas adalah refleks rentang yang
digambarkan dengan refleks pemukulan ligamentum patela (suatu tendon) ,
sehingga menyebabkan otot lutut terentang. Apabila tempurung lutut tiba-tiba
membengkok , gerakan ini akan merentangkan otot quadriseps sehingga melahirkan
refleks yang menyebabkan quadriseps berkontraksi . Akibatnya terjadi
perentangan lutut.
Kenyataan
bahwa aksi refleks ini tidak memerlukan kontrol kesadaran dapatlah ditunjukkan
dengan seekor hewan, misalnya katak, yang otaknya telah diambil dengan cara
memotong korda spinalis. Seekor hewan yang telah diputuskan kolumna spinalisnya
disebut hewan spinal, karena semua aktivitas arah kandal dari lokasi pemotongan
itu pastilah hanya karena korda spinalisnya, tidak lagi ada hubungan dengan
otak.
Cerebrum adalah bagian terbesar
dari otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau
Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan
binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa,
logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan
intelektual atau IQ juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.
Otak kecil atau
Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian
atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur
sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan
tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis
yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis,
gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi cedera pada otak kecil,
dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan
menjadi tidak terkoordinasi. Secara umum dapat dikatakan fungsi cerebellum
adalah untuk memelihara keseimbangan dan koordinasi aksi otot pada gerakan
stereotype dan non stereotype.
Medulla
oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri
badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol
funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan
pencernaan
I.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dalam praktikum ini
adalah sebagai beriukut :
1. Reseptor rasa manis terletak pada
ujung lidah, reseptor rasa asin terletak pada tepi depan lidah, reseptor rasa
asam terletak ditepi belakang lidah dan reseptor rasa pahit terletak di pangkal
lidah.
2. Waktu sensasi adalah waktu yang
diperlukan oleh reseptor untuk mengenali dan menanggapi rangsangan dan
diteruskan ke otak sehingga akan dikenali rasanya.
3. Sel –sel reseptor untuk pengecapan
adalah sel –sel ephitelium yang telah termodifikasi yang diorganisasikan
menjadi kuncup pengecapan yang tersebar disejumlah bagian permukaan lidah dan
mulut.
4. Waktu yang dibutuhkan untuk
mendeteksi reseptor pada setiap individu berbeda-beda, karena setiap individu
memiliki sensitifitas yang berbeda pula
5. Rasa asin dan asam terjadi karena
pengaruh konsentrasi proton ion Na dan ion H.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, Neil.A, dkk. 2004. Biologi Edisi Kelima
Jilid III.Erlangga. Jakarta.
Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah
Mada University Press. Yogyakarta.
Johnson, Kurt E. , 1994. Histologi dan Biologi Sel.
Binarupa Aksara . Jakarta.
Nukmal, Nismah. 2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan.
Universitas Lampung . Bandar Lampung.
Nurcahyani,Nuning . 2005. Struktur dan Perkembangan
Hewan. Universitas Lampung. Bandar Lampung .
Villee, Claude A. dkk. 1984. Zoologi Umum. Erlangga . Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar