Sabtu, 17 Mei 2014

Laporan Fisiologi Hewan : Sistem Syaraf




SISTEM SYARAF

(Laporan Praktikum Fisiologi Hewan)








Oleh
Dwi Rahmawati
1213024020



logo-unila-bw.jpg





PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014





 I.                      PENDAHULUAN




A.      Latar Belakang



Gerak refleks merupakan respon yang cepat dan tidak disadari terhadap perubahan lingkungan interna maupun eksterna. Refleks dikendalikan oleh sistem saraf yaitu otak (disebut refleks kranial) atau medula spinalis ( disebut refleks spinal) lewat saraf motorik kranial dan spinal. Saraf kranial dan saraf spinal dapat berupa saraf somatik yang mengendalikan refleks otot kerangka atau saraf otonom yang mengendalikan refleks otot plos, jantung dan kelenjar. Meskipun refleks spinal dapat terjadi tanpa keterlibatan otak, tetapi otak seringkali memberikan pertimbangan dalam refleks spinal. Refleks adalah suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar, terhadap suatu stimulus tertentu.  Respon tersebut melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya 2 neuron, membentuk suatu busur refleks.  Dua neutron aferen, sensoris, atau reseptor, dan neuron eferen, motoris , atau efektor. Umumnya satu atau lebih neuron penghubung (interneuron) terletak di antara neuron reseptor dan neuron efektor. Meskipun refleks dapat melibatkan berbagai bagian otak dan sistem saraf otonom, refleks yang paling sederhana adalah refleks spinal. Suatu refleks spinal yang khas adalah refleks rentang yang digambarkan dengan refleks pemukulan ligamentum patela (suatu tendon) , sehingga menyebabkan otot lutut terentang.

Pada dasarnya semua sel memiliki sifat iritabilitas , artinya sel dapat menanggapi (merespon) rangsangan yang sampai kepadanya. Sifat tersebut tampak masih sangat menonjol pada sel otot dan sel saraf. Sel otot akan menunjukkan respon apabila padanya diberi rangsangan lewat saraf atau langsung pada otot. Respon yang ditunjukkan oleh sel otot umumnya berupa kontraksi otot, sedangkan respon yang pada sel saraf tidak dapat diamati, sebab berupa proses pembentukan potensial aksi yang kemudian dirambatkan berupa impuls. Adanya respon sel saraf hanya dapat diamati pada efektornya. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang sistem saraf, maka perlu dilakukan praktikum ini.



B.       Tujuan Praktikum



Adapun tujuan dilakukannya praktikum adalah :
1.      Macam- macam refleks yang dikendalikan oleh otak
2.      Macam-macam refleks yang dikendalikan oleh medula spinalis
3.      Sifat iritabilitas otot dan saraf sebelum saraf diputus dari medula spinalis dan sesudah diputus dari medula spinalis
4.      Mempelajari fungsi dari bagian-bagian susunan syaraf pusat




II.      TINJAUAN PUSTAKA



Jaringan saraf mengintegrasikan dan mengkoordinasikan fungsi-fungsi jaringan lain dalam tubuh. Jaringan saraf terdiri atas macam-macam jenis sel neuron dan sel glia yang berasal dari neuroepitel embrional. Sistem saraf sebenarnya dua sistem yang struktur dan fungsi saling berhubungan. Sistem saraf pusat (SSP) yang mencakup otak dan medula spinalis, dan sistem saraf tepi (SST), yang mencakup saraf dan ganglion yang terbesar diseluruh bagian tepi tubuh. Neuron merupakan dasar unsur sel sistem saraf. Struktur neuron sangat bervariasi. Sel glia seperti glia seperti astrosit dan sel Schwann, melakukan fungsi tambahan yang tidak berkaitan dengan komunikasi. Sinapsis adalah tempat hubungan anatomik dan fungsional antarneuron ( Johnson, Kurt E. , 1994: 215).

Pada dasarnya semua sel memiliki sifat iritabilitas , artinya sel dapat menanggapi (merespon) rangsangan yang sampai kepadanya. Sifat tersebut tampak masih sangat menonjol pada sel otot dan sel saraf. Sel otot akan menunjukkan respon apabila padanya diberi rangsangan lewat saraf atau langsung pada otot. Respon yang ditunjukkan oleh sel otot umumnya berupa kontraksi otot, sedangkan respon yang pada sel saraf tidak dapat diamati, sebab berupa proses pembentukan potensial aksi yang kemudian dirambatkan berupa impuls. Adanya respon sel saraf hanya dapat diamati pada efektornya.

Lintasan impuls saraf dari reseptor sampai efektor disebut lengkung refleks. Apabila suatu saraf diberi rangsangan , maka sel saraf akan merespon yaitu mengubah energi rangsangan menjadi energi elektrokimia  impuls saraf yang akan dirambatkan sepanjang serabut saraf. Rambatan impuls saraf ini tidak dapat diamati dengan mata seperti kontraksi otot (Nukmal, Nismah, 2012 :14).

Pada tiap segmen tubuh vertebrata terdapat pasang saraf perifer. Pada sebagian besar saraf spinal, neuron aferen dan eferen terletak berdekatan, tetapi dekat sumsum tulang belakang saraf itu terbagi menjadi akar dorsal dan akar ventral, dan neuronnya terpisah. Dalam akar neuron dorsal terdapat neuron aferen dan mempunyai suatu pembesaran yaitu ganglion akar dorsal, yang mengandung badan-badan selnya sendiri. Saraf dari hidung, mata, dan telinga berkembang dengan indera perasa khusus. Saraf-saraf ini seluruhnya terdiri atas serabut aferen , kecuali beberapa neuron eferen dalam saraf mata dan vestibulokoklear (pendengar) yang menjulur ke organ indera dan dapat mengatur aktivitasnya. Saraf kranial selebihnya mengandung sejumlah besar serabut aferen, dan eferen yang dianggap secara serial homolog dengan akar yang terpisah dari saraf spinal vertebrata.  Lokasi badan sel saraf kranial dan ujung akhirnya di dalam otak mengikuti pola yang telah diutarakan pada neuron spinal (Villee, Claude A. dkk, 1984 : 246-247).

Saraf spinal timbul dari saraf tunjang sebagai sebuah akar dorsal dan akar ventral yang kemudian bersatu membangun saraf spinal.Pada akar dorsal terdapat ganglion spinal dan akar dorsal ini terutama sensoris., sedangkan akar ventral motoris. Tidak jauh sesudah munculnya kanalis vertebralis, setiap saraf spinal sekurang-kurangnya akan pecah menjadi dua cabang. Sebuah ramus dorsal mensuplai otot epaksial dan kulit punggung.

Sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf periferi yang mengontrol aktivitas lingkungan dalam yang biasanya involuntary, seperti denyutan jantung, gerakan peristaltik dan berkeringat. Dibangun oleh neuron motoris yang menuju otot polos di organ-organ interna. Sistem saraf otonom terdiri atas neuron preganglionik yang meninggalkan sistem saraf pusat melalui akar ventral dari saraf segmental sebelum mengadakan sinapsis dengan neuron postganglionik yang menuju ke efektornya. Terdapat 2 bagian dari sistem saraf otonom yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis (Nurcahyani,Nuning,  2005 : 62-66).

Serebelum berkembang dari bagian metensefalon. Fungsi primernya adalah mengkoordinasikan pergerakan. Serebelum menerima informasi sensoris mengenai posisi persendian dan panjang otot, juga informasi dan sistem audiotoris (pendenganran) dan visual (penglihatan). Serebelum juga menerima input dari jalur motoris, yang memberitahunya tindakan mana yang diperintahkan oleh serebrum. Serebelum menggunakan informasi ini untuk menghasilkan koordinasi otomatis atas pergerakan dan kesetimbangan. Jika salah satu bagian tubuh digerakkan , serebelum akan mengkoordinasikan bagian tubuh lainnya untuk pergerakan yang mulus dan pemeliharaan keseimbangan. Serebelum juga memainkan peranan dalam pembelajaran dan pengingatan respon motoris. Koordinasi tangan-mata merupakan salah satu contoh fungsi serebelum. Jika serebelum rusak, mata dapat mengikuti objek yang bergerak, akan tetapi mata tidak akan berhenti bergerak pada tempat yang sama ketika objek tersebut berhenti .

Serebrum, pusat integratif yang paling kompleks di SSP, berkembang dari telensefalon embrionik. Serebrum dibagi menjadi belahan serebral. Masing-masing belahan terdiri atas penutup bagian luar yang terbuat dari bahan abu-abu, yang disebut korteks serebral, bahan putih di bagian dalam, dan kelompok nukleus yang berada di dalam bahan putih, yang disebut nukleus nasal juga disebut ganglia basal adalah pusat yang penting untuk koordinasi motoris dan bertindak sebagai saklar untuk impuls dari sistem motoris lain. Jika nukleus basal rusak, seseorang bisa menjadi pasif dan tidak mampu bergerak karena nukleus itu tidak lagi mengirimkan impuls motoris ke otot (Cambell, 2002 : 221).

Refleks adalah suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar, terhadap suatu stimulus tertentu.  Respon tersebut melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya 2 neuron, membentuk suatu busur refleks.  Dua neutron aferen, sensoris, atau reseptor, dan neuron eferen, motoris , atau efektor. Umumnya satu atau lebih neuron penghubung (interneuron) terletak di antara neuron reseptor dan neuron efektor. Meskipun refleks dapat melibatkan berbagai bagian otak dan sistem saraf otonom, refleks yang paling sederhana adalah refleks spinal. Suatu refleks spinal yang khas adalah refleks rentang yang digambarkan dengan refleks pemukulan ligamentum patela (suatu tendon) , sehingga menyebabkan otot lutut terentang.

Kenyataan bahwa aksi refleks ini tidak memerlukan kontrol kesadaran dapatlah ditunjukkan dengan seekor hewan, misalnya katak, yang otaknya telah diambil dengan cara memotong korda spinalis. Seekor hewan yang telah diputuskan kolumna spinalisnya disebut hewan spinal, karena semua aktivitas arah kandal dari lokasi pemotongan itu pastilah hanya karena korda spinalisnya, tidak lagi ada hubungan dengan otak. Katak amatlah berguna untuk mendemostrasikan refleks spinal karena periode shock spinal yang menghilangkan aktivitas refleks dan membuat katak menjadi lumpuh, berlangsung hanya dalam beberapa menit saja. Setelah pulih dari shock spinal, hewan akan menarik sebuah kakinya apabila diberi stimulus seperti misalnya rangsangan listrik atau diberi sedikit asam lemah ( Frandson, 1992 :158 ).



III.    METODE PERCOBAAN



A.      Waktu dan Tempat



Praktikum dilakukan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada tanggal 16 April 2014 pukul 08.00 WIB.



B.       Alat dan Bahan



Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum katak, cuka, garam, dan air.

Sedangkan alat yang digunakan adalah kapas, papan dan alat diseksi, pinset, pemanas, baskom, silet, stopwatch, pemanas



C.       Prosedur Kerja



Adapun yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

A.  Syaraf pusat sebagai pengendali refleks

·      Refleks pada Manusia
1.      Probandus duduk dengan tenang (rileks) di atas kursi atau meja dengan kedua kakinya menyilang. Ujung kaki tergantung dengan bebas. Mengetuk tendon patella (tendon di bawah lutut) dengan hammer refleks dan mencatat reaksinya. Mengerjakan perlakuan ini pada kedua kaki secara bergantian
2.      Mengerjakan perlakuan refleks patellar dalam keadaan sebagai berikut :
a.       Probandus memegang jari-jarinya di depan dadan dan kedua tangannya saling mendorong
b.      Sesudah probandus menjadi lelah dengan lari-lari di tempat


B.     Syaraf tepi dan otot

·           Pembuatan sediaan otot-saraf
a.       Sebelum dilakukan pembedahan , terlebih dahulu katak disingle pith dan katak yang lain didouble pith.
b.      Dengan hati-hati gunting kulit pada perut katak kira-kira 3 cm di atas paha dengan arah transversal melingkari tubuh, kemudian tariklah kulit ke arah bawah (seperti melepas celana) sampai kulit terepas dari betis katak
c.       Tendon paha tungkai bawah kanan kiri telah siap

·           Perlakuan sebelum saraf diputus dari medula spinalis
Pada percobaan ini, menggunakan katak yang telah disingle pith.

1.      Rangsangan mekanis
Mencubit pelan-pelan saraf sebelah kanan dengan piset. Mengamati respon pada otot gastroknemius sebelah kanan maupun kiri, mencatat hasilnya. Mengulangi hal yang sama pada saraf sebelah kiri.

Mencubit pelan-pelan otot gastroknemius sebelah kanan dengan piset. Mengamati respon pada otot gastroknemius sebelah kanan maupun kiri, mencatat hasilnya. Mengulangi hal yang sama pada otot gastroknemius sebelah kiri.



2.      Rangsangan termis
Menggunakan besi yang telah dipanaskan, menyentuhkannya pada saraf kanan. Mengamati respon pada otot gastroknemius sebelah kanan maupun kiri, mencatat hasilnya. Mengulangi hal yang sama pada saraf sebelah kiri. Mengerjakan hal yang sama pada otot gastroknemius. Mencatat hasilnya.

3.      Rangsangan kimia
Meneteskan 1-2 tetes cuka pada saraf sebelah kanan . Mengamati respon yang terjadi pada otot gastroknemius kanan maupun kiri, mencatat hasilnya. Mengulangi perlakuan yang sama untuk saraf sebelah kiri. Mengerjakan hal yang sama pada otot gastroknemius. Mencatat hasilnya

4.      Rangsangan osmotis
Membubuhkan NaCl atau garam dapur pada saraf sebelah kanan. Mengamati agak lama respon pada otot gastroknemius kanan maupun kiri, mencatat hasilnya. Mengulangi perlakuan yang sama untuk saraf sebelah kiri. Mengerjakan hal yang sama pada otot gastroknemius.

·           Perlakuan sesudah saraf diputus dari medula spinalis
Pada percobaan ini, menggunakan katak yang telah didouble pith.

1.         Rangsangan mekanis
Mencubit pelan-pelan saraf sebelah kanan dengan piset. Mengamati respon pada otot gastroknemius sebelah kanan maupun kiri, mencatat hasilnya. Mengulangi hal yang sama pada saraf sebelah kiri.

Mencubit pelan-pelan otot gastroknemius sebelah kanan dengan piset. Mengamati respon pada otot gastroknemius sebelah kanan maupun kiri, mencatat hasilnya. Mengulangi hal yang sama pada otot gastroknemius sebelah kiri.



2.         Rangsangan termis
Menggunakan besi yang telah dipanaskan, menyentuhkannya pada saraf kanan. Mengamati respon pada otot gastroknemius sebelah kanan maupun kiri, mencatat hasilnya. Mengulangi hal yang sama pada saraf sebelah kiri. Mengerjakan hal yang sama pada otot gastroknemius. Mencatat hasilnya.

3.         Rangsangan kimia
Meneteskan 1-2 tetes cuka pada saraf sebelah kanan . Mengamati respon yang terjadi pada otot gastroknemius kanan maupun kiri, mencatat hasilnya. Mengulangi perlakuan yang sama untuk saraf sebelah kiri. Mengerjakan hal yang sama pada otot gastroknemius. Mencatat hasilnya

4.         Rangsangan osmotis
Membubuhkan NaCl atau garam dapur pada saraf sebelah kanan. Mengamati agak lama respon pada otot gastroknemius kanan maupun kiri, mencatat hasilnya. Mengulangi perlakuan yang sama untuk saraf sebelah kiri. Mengerjakan hal yang sama pada otot gastroknemius.


C.     Sistem saraf pusat dan otonom

Fungsi bagian-bagian dari otak
·           Katak normal
Memasukkan katak dalam baskom berisi air, mengamati kondisi-kondisi berikut :
-          Sikap badan (posture)
-          Gerakan spontan
-          Keseimbangan badan (refleks bangkit)
-          Kemampuan berenang
-          Frekuensi nafas
-          Frekuensi jantung

·           Decerbrasi
Dengan silet yang runcing dan tajam, memotong dengan cepat otak katakcmelintang menurut suatu garis yang menghubungkan tepi-tepi anterior dari kedua gendang telinga (membran tympani yang terletak di belakang dan di bawah kedua mata). Pemotongan ini biasanya anterior darso thalamus. Memasukkan katak dalam baskom berisi air, mengamati kondisi-kondisi berikut :
-          Sikap badan (posture)
-          Gerakan spontan
-          Keseimbangan badan (refleks bangkit)
-          Kemampuan berenang
-          Frekuensi nafas
-          Frekuensi jantung

·           Katak Spinal

Merusak cerebellum dan medula oblongata dengan menunsukkan kawat penusuk otak kira-kira ¾ cm ke belakang dari tempat pemotongan terakhir. Putar kawatnya untuk merusak tenunan sarafnya. Memasukkan katak dalam baskom berisi air, mengamati kondisi-kondisi berikut :
-          Sikap badan (posture)
-          Gerakan spontan
-          Keseimbangan badan (refleks bangkit)
-          Kemampuan berenang
-          Frekuensi nafas
-          Frekuensi jantung










IV.             HASIL PENGAMATAN



A.      Hasil Pengamatan



Adapun hasil percobaan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

1.      Tabel Refleks Manusia

Perlakuan
Kelompok 1
Kelompok 2
Rata-rata
Duduk rileks kaki menyilang
++
++
++
Duduk rileks + kedua tanagn saling mendorong
+
++
+
Lari-lari kecil + duduk rileks
+++
+
++

Keterangan :
+++   : cepat (1 detik)
++     : sedang ( 2-3 detik)
+                    : lambat (4-5 detik)










2.      Tabel perlakuan sebelum dan sesudah saraf diputus dari medula spinalis

Perlakuan
Sikap Badan
Gerakan- gerakan spontan
Keseim-bangan Bangkit
Kemam-puan Berenang
Frekuensi nafas
Frekuensi
Jantung
Katak normal
+++
+++
+++
+++
118/ menit
118/ menit
Katak Decebrasi
++
++
++
++
108/
menit
108/
Menit
Katak Spinal
+
+
+
+
28/menit
28/menit


+++     : Kuat              +          : Lemah
++        : Sedang          -           : Tidak ada respon

3.      Tabel fungsi bagian-bagian dari otak

Rangsangan
Single Pithing
Double pithing
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Mekanis
+++
+++
+++
+
Kimia (Cuka)
+++
+
+
+
Osmotis(Garam)
++
++
+
+
Termis
+++
+++
+
+


+++     : Kuat              +          : Lemah
++        : Sedang          -           : Tidak ada respon


B.       Pembahasan



Telah dilakukan  praktikum tentang  kerja sistem saraf. Adapun judul praktikum ini adalah saraf pusat sebagai pengendali refleks, saraf tepi dan otot, dan sistem saraf pusat dan otonom. Pada praktikum saraf pusat sebagai pengendali refleks dilakukan praktikum mengenai refleks pada manusia. Berdasarkan praktikum didapat hasil yaitu pada posisi duduk dan kaki menyilang di ketuk dengan hammer, sedang. Pada posisi duduk memegang jari-jarinya di depan dada dan kedua tangannya saling mendorong di ketuk dengan hammer, lemah. Melakukan lari-lari kecil kemudian duduk dan di ketuk menggunakan hammer, sedang. Berdasarkan hal tersebut, yang paling cepat beraksi adalah saat pada posisi duduk dan kaki menyilang dan Melakukan lari-lari kecil kemudian duduk.

Pada praktikum saraf tepi dan otot dilakukan 2 percobaan , yaitu perlakuan sebelum saraf diputus dari medula spinalis dan perlakuan sesudah saraf diputus dari medula spinalis. Pada perlakuan sebelum saraf diputus dari medula spinalis menggunakan katak yang telah disingle pithing, dan perlakuan sesudah saraf diputus dari medula spinalis menggunakan katak yang telah didouble pithing. Ada empat rangsangan yang digunakan, yaitu rangsangan mekanis, termis, kimia, dan osmotis.

Pada rangsangan mekanis, dilakukan dengan mencubit menggunakan pinset. Hasil yang didapat adalah pada katak single pithing, kaki kanan kuat, dan kaki kiri kuat. Sedangkan pada katak double pithing , kaki kanan kuat, kaki kiri lemah. Pada rangsangan termis , dilakukan dengan menempelkan besi yang telah dipanaskan. Hasil yang didapat adalah pada katak single pithing, kaki kanan kuat, dan kaki kiri kuat. Sedangkan pada katak double pithing , kaki kanan lemah, kaki kiri lemah. Pada rangsangan kimia , dilakukan dengan meneteskan cuka. Hasil yang didapat adalah pada katak single pithing, kaki kanan kuat, dan kaki kiri lemah. Sedangkan pada katak double pithing , kaki kanan lemah, kaki kiri lemah. Pada rangsangan osmotis, dilakukan dengan menaburkan garam. Hasil yang didapat adalah pada katak single pithing, kaki kanan sedang, dan kaki kiri sedang atau cukup kuat. Sedangkan pada katak double pithing , kaki kanan lemah, kaki kiri lemah. Berdasarkan praktikum pada kaki kanan, baik pada single pithing maupun double pithing, reaksi yang lebih cepat dan kuat adalah pada kaki kanan.

Pada single pithing, bagian yang dirusak adalah foramen ocipetale, sedangkan pada double pithing bagian yang dirusak adalah canalis vertebralis. Katak yang di single pithing akan memberikan respon yang lebih baik di bandingkan dengan katak dobel piting. Rangsangan pada double pithing lebih rendah daripada single pithing karena pada single pithing bagian saraf otak tidak dirusak, hanya foramen ocipetale yang rusak.

Pada praktikum sistem saraf pusat dan otonom, hasil yang didapatkan adalah pada katak normal, sikap badannya kuat, gerakan – gerakan spontan kuat, keseimbangan kuat, kemampuan berenang kuat, frekuensi nafas kuat, dan frekuansi jantung kuat, 118 per menit. Pada katak decerbrasi, sikap badannya sedang, gerakan – gerakan spontan sedang, keseimbangan sedang, kemampuan berenang sedang, frekuensi nafas sedang, dan frekuansi jantung sedang, 108 per menit. Pada katak spinal, sikap badannya lemah, gerakan – gerakan spontan lemah, keseimbangan lemah, kemampuan berenang lemah, frekuensi nafas lemah, dan frekuansi jantung lemah, 28 per menit.

Pada katak decerbrasi , yang ditusuk adalah bagian anterior dari otak yang menghubungkan membran timpani. Yang dirusak adalah bagian cerebrum (otak besar). Katak spinal merupakan katak dengan kondisi otak yang rusak tetapi respon yang dihasilkan tetap ada namun katak merespon stimulus sangat lama. Hal ini dikarenakan sistem saraf pada otaknya telah mengalami kerusakan pada saat penusukan dengan kawat atau jarum pada saat praktikum.

Penurunan reaksi katak karena koordinasi yang tidak baik lagi antara sel-sel saraf nya akibat penusukan . Pada kondisi katak normal, katak memberikan respon sangat kuat karena katak masih memiliki sistem saraf pusat yang normal sehingga penyampaian impuls tidak terganggu.

Refleks adalah suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar, terhadap suatu stimulus tertentu.  Respon tersebut melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya 2 neuron, membentuk suatu busur refleks.  Dua neutron aferen, sensoris, atau reseptor, dan neuron eferen, motoris , atau efektor. Umumnya satu atau lebih neuron penghubung (interneuron) terletak di antara neuron reseptor dan neuron efektor. Meskipun refleks dapat melibatkan berbagai bagian otak dan sistem saraf otonom, refleks yang paling sederhana adalah refleks spinal. Suatu refleks spinal yang khas adalah refleks rentang yang digambarkan dengan refleks pemukulan ligamentum patela (suatu tendon) , sehingga menyebabkan otot lutut terentang. Apabila tempurung lutut tiba-tiba membengkok , gerakan ini akan merentangkan otot quadriseps sehingga melahirkan refleks yang menyebabkan quadriseps berkontraksi . Akibatnya terjadi perentangan lutut.

Kenyataan bahwa aksi refleks ini tidak memerlukan kontrol kesadaran dapatlah ditunjukkan dengan seekor hewan, misalnya katak, yang otaknya telah diambil dengan cara memotong korda spinalis. Seekor hewan yang telah diputuskan kolumna spinalisnya disebut hewan spinal, karena semua aktivitas arah kandal dari lokasi pemotongan itu pastilah hanya karena korda spinalisnya, tidak lagi ada hubungan dengan otak.

Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.

Otak kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi. Secara umum dapat dikatakan fungsi cerebellum adalah untuk memelihara keseimbangan dan koordinasi aksi otot pada gerakan stereotype dan non stereotype.

Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan




I.                   KESIMPULAN



Adapun kesimpulan dalam praktikum ini adalah sebagai beriukut :
1. Reseptor rasa manis terletak pada ujung lidah, reseptor rasa asin terletak pada tepi depan lidah, reseptor rasa asam terletak ditepi belakang lidah dan reseptor rasa pahit terletak di pangkal lidah.
2. Waktu sensasi adalah waktu yang diperlukan oleh reseptor untuk mengenali dan menanggapi rangsangan dan diteruskan ke otak sehingga akan dikenali rasanya.
3. Sel –sel reseptor untuk pengecapan adalah sel –sel ephitelium yang telah termodifikasi yang diorganisasikan menjadi kuncup pengecapan yang tersebar disejumlah bagian permukaan lidah dan mulut.
4. Waktu yang dibutuhkan untuk mendeteksi reseptor pada setiap individu berbeda-beda, karena setiap individu memiliki sensitifitas yang berbeda pula
5. Rasa asin dan asam terjadi karena pengaruh konsentrasi proton ion Na dan ion H.



DAFTAR PUSTAKA



Campbell, Neil.A, dkk. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid III.Erlangga. Jakarta.

Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Johnson, Kurt E. , 1994. Histologi dan Biologi Sel. Binarupa Aksara . Jakarta.

Nukmal, Nismah. 2012.  Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Universitas Lampung . Bandar Lampung.

Nurcahyani,Nuning . 2005. Struktur dan Perkembangan Hewan. Universitas Lampung. Bandar Lampung .

Villee, Claude A. dkk.  1984. Zoologi Umum. Erlangga . Jakarta.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar